Latar Belakang Penelitian: Selain rokok sigaret, bidi, yang dibuat dari tembakau kualitas rendah yang tidak di proses, sering dirokok di Bangladesh dan negara lain di Asia selatan. Hubungan sebab akibat ditegakkan antara tromboangitis Obliterans (TAO) dengan kebiasaan merokok. Namun bahan rokok yang dihubungkan erat dengan TAO belum ditentukan.
Metode: Kami melakukan penelitian berbasis rumah sakit dengan metode kasus kontrol di Rajshahi, Bangladesh, untuk mengetahui hubungan dari tipe bahan rokok (sigaret vs Bidi) dengan TAO pada 103 kasus berpasangan yang disesuaikan antara kontrol dan kasus yang disesuaikan berdasarkan usia dan jenis kelamin pada periode 1995-1996. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah kasus baru TAO pada perokok aktif, sedangkan kontrol merupakan perokok aktif yang masuk rumah sakit karena sebab non kardiovaskular.
Hasil: Pada seluruh kasus 35% dan 65% merupakan perokok sigaret dan bidi, dan pada kontrol 69,9% dan 30,1%. Menggunakan pendekatan regresi logistik, dengan rokok 10 batang per hari sebagai acuan, dan rokok bidi >20 batang perhari ([OR]= 34,76, 95% CI: 6.11-197.67 )dan 11-20 per hari (OR=7.12,95% CI:2.35-21,63) memiliki resiko yang lebih besar terkena TAO setelah disesuaikan dengan variabel perancu.
Kesimpulan: Berdasarkan batas waktu yang ditetapkan dalam penelitian kasus kontrol, rokok Bidi memiliki peran yang lebih besar dalam menyebabkan TAO dibandingkan dengan rokok sigaret. Hal ini menimbulkan spekulasi jika tembakau kualitas rendah yang tidak diproses akan berperan besar dalam menimbukan TAO dibanding dengan rokok sigaret
Tromboangitis obliteran (TAO) atau penyakit Buerger, etiologynya masih belum diketahui secara pasti, adalah penyait non-arteriosklerotik, non-inflammasi, yang menyebabkan oklusi segmental meliputi arteri dan vena berukuran sedang-kecil. Penyakit ini sebagian besar mengenai lelaki muda perokok , meskipun beberapa kasus dilaporkan pada bekas perokok, pemakai tembakau tanpa asap, pada usia lebih dari 50 tahun, dan wanita. Hubungan yang jelas dilaporkan antara merokok dan eksaserbasi penyakit dan remisi penyakit. TAO jarang terjadi di barat namun sering terjadi di Asia selatan dan tenggara, timur tengah, dan negara eropa timur. Selain merokok, gaya hidup dari orang bangladesh seperti tidak memakai sepatu, memanen padi dengan kaki yang terendam lumpur dan air, dan postur membungkuk saat bekerja di ladang, telah dilaporkan sebagai faktor yang memperparah.
Rokok Bidi yang populer di bangladesh, khususnya di area pedesaan dan pada orang miskin. Bidi merupakan substitusi termurah dari rokok sigaret dan mudah didapatkan tanpa filter di Bangladesh, Hal ini merupakan bentuk paling kasar dari rokok, dengan ukuran lebih kecil dari sigaret, dibuat di rumah, dan terdiri dari tembakau mentah, yang dikeringkan dan dihancurkan, dan dibungkus dengan daun Tendu kering atau kertas putih. Daun tendu itu sendiri bertanggung jawab berperan dalam 60% massa Bidi dan tembakau yang digunakan belum diolah dan selanjutnya diklasifikasikan sebagai tembakau kualitas rendah. Jumlah rata-rata nikotin dan material kering per unit berat lebih besar pada Bidi dibandingkan dengna sigaret. Prevalensi perokok pada daerah urban dan semi-urban adalah 39-73% pada elaki dewasa dan 0-28% pada wanita. Pada daerah rural, sekitar 67% dan 1%. Pada daerah urban dengan kemampuan ekonomi rendah, merokok Bidi sekitar 36%.
Sejauh ini, merokok merupakan penyebab yang diketahui secara luas yang paling utama menyebabkan TAO. Namun tipe material dari rokok yang dihubungkan paling erat dengan TAO belum diketahui. Penelitian ini untuk mengetahui resiko TAO yang dihubungkan dengan merokok sigaret dan Bidi.
Metode dan Subyek Penelitian
Kasus
Kasus yang diangkat merupakan yang telah terkonfirmasi TAO (Gejala iskhemi di distal dengan tidak adanya trauma, diabetes, dan hiperlipidemia) yang terdiagnosis di 1995-1996, dan dirawat di RS Rajshahi, yang terletak di kota besar. Kriteria inklusi dari kasus adalah(1) kasus TAO baru, (2) merokok dengan sigaret atau Bidi, 4 kasus yang merokok keduanya dikeluarkan dari sampel
Kontrol
Pasien, yang dirawat di rumah sakit yang sama, dilakukan matching dengan usia dan sex, direkrut sebagai kontrol. Kriteria inklusi dari kontrol adalah: (1) dirawat bukan karena masalah kardiovaskular (2) merokok apakah sigaret atau bidi. Setelah mengetahui pasien TAO yang diperiksa, kontrol dipilih secara random yang berada di bagian lain. Pasien dengan usia terdekat dengan sampel (5 tahun) yang juga merokok sigaret atau bidi, dipilih menjadi kontrol. Semua kontrol dan sampel setuju untuk terlibat penelitian.
Pengumpulan Data
Hasil anamnesis didapatkan dari questionaire oleh petugas pemeriksa (ASC). Peneliti maupun sampel maupun kontrol dari penelitian ini tidak mengerti (Blind) akan hypothesis dari penelitian. Dalam rangka masalah variabel sosiodemografis, beberapa item yang dibutuhkan: merokok bidi, merokok sigaret, mengunyah betel-nut, mengunyah temakau dengan ditanyakan frekuensinya, jumlah waktu dalam setahunnya, dan usia kapan dimulai.
Metode Statistik
Dikarenakan merokok Bidi merupakan paparan yang dicari, diketahui terlihat paparan 36% dari total kontrol, kami menghitung jika 86 pasang kasus dan kontrol diperlukan, dengan level p<0.05, untuk menghasilkan 90% kesempatan mendeteksi paparan sebesar 60% dalam kasus. Hubungna antara merokok bidi dan sigaret dengan TAO dihitung dengna komputer menggunakan OR dan Relative Risk. OR dihitung dengan pendekatan regresi logistik. Interval kepercayaan 95% diterapkan dalam menghitung kesalahan pada regresi. Seluruh prosedur dilakukan dengna SPSS. Two sided p value bernilai 0.05 digunakan sebagai kriteria signifikan. Uji mann whitney U dan Ci square atau Fischer digunakan untuk membandingkan data kontinyu dan kategori, Respon terhadap dosis dihitung dengan uji Mantel Extension untuk frekuensi dan durasinya.
HASIL
Variabel yang dibandingkan pada kasus dan kontrol diperlihatkan di tabel 1. Usia dari kasus dan kontrol hampi identik (p<0.38) dan semuanya adalah lelaki perokok aktif. Sebagian besar kasus telah menikah (P<0.025) dan buta huruf (p<0.0001) dibandingkan dengna kontrol. Tidak ada perbedaan signifikan pada agama dan pekerjaan. Perokok sigaret menjadi kontrol lebih banyak dibanding perokok Bidi. Dan kebalikannya pada kelompok kasus. Sebagian kelompok kasus mengunyah betel-nut dibandingkan kontrol sedangkan pada mengunyah tembakau tidak berbeda. Rerata durasi merokok lebih banyak pada kelompok kasus dibanding kontrol. Namun tidak ada perbedaan signifikan antara durasi merokok Bidi, mengunyah betel-nut, dan mengunyah tembakau. Rerata usia memulai merokok tidak berbeda pada kedua kelompo. Gambar 1 menunjukkan proporsi dari kelompok kasus berdasarkan frekuensi merokok sigaret dan bidi tiap hari, dengan proporsi lebih tinggi pada kelompok kasus. Dengan rata-rata, kelompok kasus merokok sigaret lebih banyak atau bidi lebih banyak dibanding kontrol.
Tabel 2 menyimpulkan hubungan OR dari TAO dengan tipe dari bahan yang dirokok berdasarkan frekuensi per hari. Dengan menggunakan pendekatan regresi logistik dan mendapatkan merokok sigaret 10 batang per hari sebagai referensi, merokok >20 batang per hari (OR:34.76) dan 11-20 per hari (OR=7.12) memiliki resiko lebih besar terkena TAO setelah disesuaikan dengan faktor perancu. OR untuk TAO pada perokok bidi 10 batang per hari, merokok sigaret 11-20 batang per hari, dan merokok >20 atang per hari, adlaha 2.18;3.81; dan 6.88 secara berurutan. Tes mantel extension utuk menghitung respon dosis menunjukkan signifikan pada frekuensi dan durasi dari merokok sigaret, namun hanya pad frekuensi pada perokok bidi.
Kombinasi efek dari bidi dan betel-nut, sigaret dan betel-nut, sigaret dengan mengunyah tembakau tidak berbeda secara signifikan antara kasus dan kontrol.
DISKUSI
Penelitian ini menunjukkan TAO lebih besar terjadi pada perokok Bidi dibandingkan pada perokok sigaret dalam waktu penelitian. Recall bias merupakan salah satu kelemahan dari penelitian kasus kontrol. Karena semua kelompok kasus dan kontrol merupakan perokok yang dirawat pada rumah sakit yang sama, mungkin terdapat tidak dilaporkannya paparan pada kedua kelompok, karena mereka menganggap penyakit mereka sebagai penyakit alami, bukan karena tingkah laku mereka. Karena seluruh pasien TAO yang datang berurutan dimasukkan daam penelitian, hanya bias seleksi yang dapat terjadi pada kontrol. Diagnosis dari kelompok kontrol disertakan, seperti anemia (7,8%), hidrocele (5.8%), demam enterik (4.9%), sindrome nefrotik (4.9%), kalaazar (4.9%), efusi pleura (4.9%) hepatitis A (3,9%), dan ulkus peptik (4.9%). Sedangkan 39 penyakit lain tidak berhuungan dengan merokok. Oleh karena itu, variasi dari diagnosis akan menghilangkan seluruh bias dari meliputi grup diagnostik spesifik.
Di Bangladesh kondisi dari sistem rujukan tidak dapat dilakukan dengan baik. Seluruh rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit publik dan seluruh pelayanan yang diberikan tidak dikenai biaya jadi hal ini digunakan sepenuhnya oleh masyarakat sosioekonomik rendah. RS penelitian terletak di tengah kota dan aea lain didekatnya satu-satunya pusat kesehatan untuk kesehatan masyarakat bawah tanpa menghiraukan penyakit apapun yang diderita. Oleh karena itu, sumber poulasi pada kedua kasus dan kontrol adalah sama.
Status sosioekonomik (SES) adalah sumber bias potensial pada penelitian ini. Pendidikan dan pekerjaan merupakan indikator utama dari SES penelitian ini. Meskipun terlihat perbedaan signifikan antara jumlah waktu sekolah antara kasus dan kontrol, lebih banyak yang buta huruf pada kelompok kasus dibanding kontrol, perbedaan tidak ditemukan pada pekerjaan. Karena jumlah tahun dari edukasi disesuaikan dengna model logistik, OR yang lebih tinggi ditemukan pada kelompok perokok Bidi tidak dikarenakan perbedaan SES dari kasus dan kontrol. Selain itu perokok bidi pada kontrol dapat dibandingkan pada kelompok SES rendah sekitar 36% pada penelitian lain
Prosedur diagnostik dari TAO berdasarkan kriteria klinis, patologis dan arteriografik tidak dilakukan di Bangladesh karena hambatan biaya dan fasilitas. Sensitivitas dari metode diagnostik berdasarkan penemuan klinis belum diketahui, namun pada tidak adanya bias, sesorang megharapkan odds dari paparan pada kasus false positif akan sama dengan odds dari paparan pada penelitian terbaru. Pada penelitian dengan kasus false positif akan berujung pada pengurangan perbedaan berkaitan dengan status paparan antara kasus dan kontrol. Pada kasus tersebut OR utnuk bidi lebh besar dari yang ditemukan pada penelitian ini.
Pasien dengan TAO tidak selalu merokok sigaret murahan atau bidi. Bidi terbuat dari tembakau yang belum diproses dan belum dimurnikan dan hal ini dianggap memiliki kandungan zat yang menyebabkan perubahan patologis pada areriol dan vena yang akan menyebabkan TAO. Sementara tembakau yang tidak diproses dan memiliki kualitas rendah merupakan salah satu faktor pencetus yang terkuat untuk menyebabkan TAO di Bangladesh, autoimun dapat merupakan faktor penyebab lain.\ Bidi membutuhkan dihisap dua kali per menit untuk menjaganya agar tetap berpijar. Telah dilaporkan jika perokok bidi menyedot 4.75 kali per menit lebih banyak dibandingkan dibandingkan perokok sigaret. Frekuensi hisapan ini yang dihubungkan dengan asupan tar dan nikotin. Merokok Bidi selanjutnya akan menyebabkan asupan Tar dan nikotin dua kali lebih banyak dibandingkan dengan merokok dengan sigaret. Fakta jika sebagian besar pasien merupakan perokok Bidi selanjutnya menunjukkan nikotin dan tar tinggi dibandingkan dengan sigaret yang bekerja sebagai faktor pencetus untuk TAO. Penelitian lebih jauh pada model hewan perlu dilakukan lebih jauh untuk membuktikan hipotesis ini.
Tela diketahui jika merokok bidi akan menyebabkan peningkatan resiko dari Ca lidah, dasar mulut, mukosa buccal dan labial, gingiva, kavum oris, orofaring, oesophagus, larynx, dan paru dibandingkan dengan sigaret, meskipun perbedaannya tidak berbeda secara statistik. Beberapa zat karsinogenik seperti phenol, HCN, Benzo[a]pyrene, dan uranium radioaktifdideteksi dalam jumlah yang besar pada bidi dibanding dengan sigaret. Penelitian lain menunjukkan jika bidi mengandung 1.5 x lebih banyak karsinogen dibandingkan dengna rokok tanpa filter america. Pada penelitian experimental pada tikus swiss dimana asap rokok bidi dan sigaret berkumpul, akan memacu pertumbuhan kanker, menyebabkan angioma liver, forestomuch papilloma dan kanker dari oesophagus pada 7 dari 15 tikus. Pada dosis yang sama dari asap sigaret gagal menyebabkan tumor apaun pada tikus.
Dahulu kala jumlah penderita TAO sangat banyak, TAO hampir jarang ditemukan setelah negara berkembang mengembangkan pemprosesan tembakau dan menurunkan jumlah nikotin pada rokok. Oleh karena itu, insidensi yang tinggi pada India dan daerah lain dari negara berkemang bertentangan dengan jarangya TAO pada negara barat menunjukkan kuatnya hubungan dari tembakau yang tidak diproses dengan tinggi nikotin dan Tar yang dihubungkan dengan TAO. TAO sangat banyak ditemukan tidak hanya di Bangladesh namun juga di India karena merokok bidi sangat populer pada kelompok sosioekonomi rendah
Sebagai kesimpulan, hasil kami menguatkan jika merokok bidi meningkatkan resiko TAO dibanding merokok sigaret.
0 comments:
Posting Komentar