Minggu, 04 September 2011

Pemberian Obat Antiretroviral kepada Bayi untuk Mengurangi Penularan HIV-1


ABSTRAK
Latar Belakang
Kami mengevaluasi kemanjuran rejimen tiga jenis obat antiretroviral atau profilaksis nevirapine untuk bayi dalam jangka waktu 28 minggu selama masa menyusui untuk mengurangi transmisi pascakelahiran virus Human Immuno-deficiency Virus tipe 1 (HIV-1) di Malawi.
Metode
Kami mencari secara acak 2369 subjek dengan HIV-l-positif, dengan kriteria ibu menyusui dengan jumlah limfosit CD4+ paling sedikit 250 sel per milimeter kubik dan bayi mereka untuk kembali menerima rejimen antriretroviral maternal, nevirapine untuk bayi, atau pasien yang tidak memperpanjang pengobatan antiretroviral setelah melahirkan (kelompok kontrol). Semua ibu dan bayi menerima profilaksis perinatal dengan dosis tunggal nevirapine dan zidovudine ditambah lamivudine selama 1 minggu. Kami menggunakan metode Kaplan-Meier untuk memperkirakan risiko kumulatif transmisi HIV-1 atau kematian dalam jangka waktu 28 minggu di antara bayi yang HIV-1-negatif 2 minggu setelah kelahiran. Hasilnya dibandingkan dengan penggunaan uji log-rank.
Hasil
Di antara pasangan ibu-bayi, 5,0% bayi diketahuo HIV-1-positif pada 2 minggu pertama kehidupan. Risiko perkiraan penularan HIV-1 pada kelompok di antara 2 dan 28 minggu lebih tinggi daripada kelompok kontrol (5,7%) dibandingkan  dengan kelompok rejimen matemal (2,9%, P = 0.009) atau kelompok rejimen infant (1,7%, P <0,001). Risiko perkiraan bayi terinfeksi HIV-1 atau kematian antara 2 dan 28 minggu adalah 7,0% pada kelompok kontrol, 4,1% pada kelompok rejimen maternal (P = 0,02), dan 26% dalam kelompok rejimen infant (P <0.001). Proporsi perempuan dengan neutropenia lebih tinggi di antara mereka yang menerima rejimen antiretroviral (6,2%) dibandingkan mereka baik dalam kelompok nevirapine (2,6%) atau kelompok kontrol (2,3%). Di antara bayi yang menerima nevirapine; 1,9% mengalami reaksi hipersensitivitas.
Simpulan
Penggunaan rejimen antiretroviral baik ibu atau nevirapine bayi selama 28 minggu efektif dalam mengurangi penularan HIV-1 selama menyusui. (ClinicalTrials. Gov nomor, NCT00164736.)
Sekitar 200.000 bayi di seluruh dunia terinfeksi setiap tahunnya oleh virus Hurnan Immunodeficiency Virus tipe 1 (HIV-1) melalui pemberian ASI.1,2 Tanpa pengobatan, setengah dari bayi akan mati sebelum usia dua tahun.3 Meskipun pemberian susu formula mengurangi risiko transmisi HIV pascakelahiran, pemberian susu ini memeliki keterkaitan dengan tingkat peningkatan kematian dini.4,5 Dengan demikian, ASI eksklusif dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk bayi dari seorang ibu dengan HIV-1 positif selama 6 bulan pertama kehidupan dimana keadaan sumber daya masih terbatas.6
Penggunaan obat antiretroviral selama kehamilan, persalinan, dan proses kelahiran efektif mengurangi transmisi HIV-1 intrauterin dan intrapartum.7,8 Namun, tanpa profilaksis, ada  perubahan sebanyak 9% dari bayi yang lahir dengan HIV-1-negatif dari ibu dengan HIV -1-positif menjadi terinfeksi setelah 18 bulan dari pemberian ASI.9 Beberapa penelitian observasional atau tidak terkontrol yang telah meneliti penggunaan baik rejimen maternal yang diperpanjang dengan menggunakan tiga jenis obat atau profilaksis bayi yang diperpanjang menyebutkan bahwa intervensi tersebut dapat mengurangi transmisi H1V -1 postnatal.4,10-14 Tidak ada penelitian hingga saat ini yang membandingkan intervensi bayi dan ibu. Dua uji klinis telah menunjukkan bahwa profilaksis bayi dengan nevirapine sehari-hari baik untuk 6 minggu atau 14 minggu selama menyusui dapat mengurangi transmisis HIV setelah kelahiran.15,16
Penelitian mengenai menyusui, antiretroviral, dan Gizi (BAN) merupakan uji coba terkontrol secara acak yang mengevaluasi mengenai keamanan dan kemanjuran rejimen tiga jenis obat maternal atau aantiretroviral nevirapine pada infant yang diberikan selama 28 minggu masa menysusui dalam rangka mengurangi penularan HIV pascapersalinan.

0 comments: