Selasa, 27 November 2007

Testicular Feminization Syndrom

Skenario tutorial kali ini membahas mengenai seorang anak yang belum jelas jenis kelaminnya. Anak tersebut diduga menderita TFS. Oleh sebab itu alangkah baiknya jika kita mengenal TFS lebih dahulu. TFS adalah kelainan yang disebabkan oleh mutasi gen Androgen Receptor (AR gen). TFS merupakan kelainan pada kromosom X resesif yang menyebabkan laki-lalki memiliki genatalia eksternal perempuan, memiliki payudara, tidak ada uterus, dengan kariotip yang normal 46 XY (Mc Kusick. 1996). Struktur AR gen telah penulis cantumkan pada tinjauan pustaka. AR gen ini terletak pada kromosom X pita Xq11-q12. AR gen ini terdiri dari 910 asam amino. Klasifikasi TSF antara lain complete androgen insensitivity syndrome (CAIS), partial androgen insensitivity syndrome (PAIS), and mild androgen insensitivity syndrome (MAIS). CAIS yang lebih sering disebut TSF memiliki ciri-ciri fenotip perempuan, punya testis di abdominal / inguinal, kariotip 46XY. PAIS sering disebut Incomplete AIS. PAIS dibagi tiga, yaitu yang memiliki kecenderungan ke laki-laki, wanita, dan memiliki kedua genitalia eksternal. MAIS memiliki ciri-ciri antara lain kegagalan spermatogenesis. Untuk penjelasan lebih lanjut penulis telah mencantumkannya pada tinjauan pustaka.



Patogenesis dan patofisiologi TFS adalah sebagai berikut. Sperma membawa kromosom Y kemudian berikatan dengan ovum sehingga menjadi embrio (XY), embrio akan merangsang antigen HY di membran plasma gonad, antigen HY mengarahkan diferensiasi gonad menjadi testis, testis kemudian menghasilkan sel leydig dan sel sertoli. Pertama-tama kita akan membahas mengenai sel leydig. Sel leydig akan menghasilkan hormon testosteron yang akan berikatan dengan androgen receptor (AR) sehingga menghasilkan testosteron kompleks (TR). TR berfungsi untuk peerkembangan wolfian, spermatogenesis, dan regulasi gonad. Testosteron juga direduksi dengan 5αreduktase menjadi Dehidrotestosteron (DHT). DHT akan berikatan dengan AR menjadi DHT kompleks (DR). DR berfungsi untuk maskulinisasi, perkembangan prostat, maturasi pubertas. DR berfosforilasi dalam inti sel, kemudian berikatan dengan daerah promoter dalam gen target, hal ini memberi efek transkripsi yang kemudian akan memicu transformasi ductus walfian ke anatomi seksual laki-laki dewasa dan maskulinisasi. Selain sel leydig, testis juga menghasilkan sel sertoli (memiliki protein pengikat testosteron agar tidak larut dalam lemak) yang menghasilkan Anti Mullerian Hormone (AMH) yang berfungsi untuk menekan perkembangan duktus uteri.
Gejala-gejala TFS dapat dilihat pada tinjauan pustaka bagian B mengenai ciri-ciri dari TFS. Tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis TFS adalah pemeriksaan level testosteron, pemeriksaan kariotip, pemeriksaan level LH (positif menghasilkan angka tinggi), pemeriksaan level FSH, sonogram (menunjukkan keadaan uterus atau terdapat testis dalam abdomen), penelitian AR (DNA sequencing). Penatalaksanaan TFS pertama-tama jika testis ditemukan dalam abdomen / kanal inguinal, maka testis tidak dapat diambil saat itu juga. Ketika mencapai masa pubertas dan pertumbuhan sudah lengkap, maka testis dapat diangkat karena jika tidak dapat menyebabkan kanker. Setelah itu dilakukan pelebaran vagina. Kemudian dilakukan penggantian esterogen setelah masa pubertas (untuk perkembangan ciri seksual sekunder dan mencegah osteoporesis), psikoterapi. Terakhir penulis menyimpulakan bahwa penyakit ini sama dengan AR deficiency dan DHTR deficiency namun berbeda dengan kriptorehidisme dan undescencustesticulo. Hal ini dikarenakan pada kriptorehidisme dan undescencustesticulo masih ditemukan fenotip laki-laki sedangkan TFS fenotipnya perempuan.


READ MORE - Testicular Feminization Syndrom

Jumat, 23 November 2007

Jakarta I'm Coming

Seneng deh bisa pulang kampung.... Hahaha...
Macet itu menyenangkan daripada di kotaku ....



READ MORE - Jakarta I'm Coming

Selasa, 20 November 2007

Huhuhu !!!

Sedih nich...

Ntar lagi Natalan tapi masih di negeri orang.
Mana masih banyak ujian..
Huhu...
READ MORE - Huhuhu !!!

Thalassemia

Skenario tutorial kali ini membahas mengenai seorang anak yang diduga mendertita thalassemia. Oleh sebab itu alangkah lebih baik jika kita membahas mengenai thalassemia terlebih dahulu.

Thalassemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis Hb yang ditandai dengan tidak adanya / berkurangnya sisntesis rantai globin dan diturunkan secara kodominan autosomal sehingga eritrosit mempunyai sedikit kemampuan mengikat O2.Thalassemia bukan termasuk dalam hemoglobinopati karena thalassemia merupakan penyakit yang mengurangi atau meniadakan hemoglobin (dari segi kuantitas), sedangkan hemoglobinopati lebih ke arah kualitas dari hemoglobin itu sendiri.Hemoglobin terdiri dari empat rantai polipeptida. Pada masuia dewasa hemoglobin terdiri dari Hb A (mayor) yang terdiri dari α2β2 dan Hb A2 (minor) yang terdiri dari α2δ2. Pada bayi dan embrio terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu Hb F (α2γ2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (ζ2ε2), Hb Gowers 2 (α2ε2), dan Hb Portland (ζ2γ2). Hemoglobin abnormal antara lain Hb H (β4) dan Hb Bart’s (γ4) (Suryohudoyo. 2007). Sedangkan globin tersusun atas α helix (terdiri atas 141 asam amino) dan β sheets (terdiri atas 146 asam amino) (Medicastore). α helix (kelompok α) terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta. Terletak pada kromosom 16. β sheets (kelompok β) terdiri dari rantai beta, gamma, delta, dan epsilon. Terletak pada kromosom 11.
Thalassemia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar (hal ini penulis lakukan karena thalassemia δ dan γ bersifat asimptomatik) yaitu α dan β. Pada intinya perbedaan thalassemia α dan β adalah bagian apa dari rantai globin tersebut yang rusak / hilang (untuk penjelasan lebih lanjut telah penulis lampirkan pada bagian B tinjauan pustaka).
Patogenesis dan patofisiologis dari thalassemia dimulai dari mutasi gen globin yang mengakibatkan produksi rantai globin berkurang atau tidak ada. Hal intu menimbulkan berkurangnya hemoglobin sehingga mengakibatkan sel darah merah mudah rusak / umurnya lebih pendek. Manifestasi dari semuanya itu adalah rendahnya kadar hemoglobin dalam darah.
Gejala-gejala thalassemia antara lain pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit), perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak), deformitas tulang muka, jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), urin keruh, anemia, kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe), ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat), retardasi pertumbuhan dan penuaan dini, gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.
Tes laboratorium untuk thalassemia meliputi : hematologi rutin (untuk mengetahui kadar Hb tidak normal (3-9 g/dL),ukuran sel darah (<8 )), gambaran darah perifer (mengetahui bentuk yang abnormal (serupa cakram tembak), warna (blackness), dan usia (<120 hari)), feritin test (mengetahui status Fe), analisis Hb (menentukan jenis thalassemia), foto rontgen cranial (melihat ada/tidaknya deformitas tulang pipih), full blood count (menghitung darah secara lengkap), sediaan darah apus (menghitung bentuk dan jumlah sel darah putih serta platelet), iron studies (membedakan anemia biasa atau thalassemia herediter), molecular diagnosis yang meilputi : PCR (menggandakkan gen globin), DNA sequencing (mengetahui urutan nukleotida), Southern Blotting (elektroforesis DNA mrnggunakan nitroselulosa), dot blotting (penetesan DNA, RNA, atau protein secara langsung pada membran penyangga), DGGE (Denaturating Gradient Gel Electrophoresis) yang prinsipnya pemeriksaan pembukaan heliks ganda yang terjadi pada kadar denaturan yang berbeda pada saat terjadi mutasi.
Thalassemia merupakan penyakit keturunan. Thalassemia dapat diturunkan secara resesif maupun dominan karena itu ia bersifat kodominan. Hal ini tergantung jenis thalassemianya. Thalassemia α merupakan kesalahan dalam globin rantai α yang berada pada rantai mayor menimbulkan sifat dominan. Pada thalassemia ini delesi 4 gen α akan mengakibatkan kematian (letal) Sedangkan thalassemia β dapat bersifat resesif atau dominan tergantung gen apa yang diturunkan. Bila β0 akan menghasilkan sifat resesif dan β+ dominan. Pada thalassemia β muncul juga kondisi dimana gejala sangat ringan yang diakibatkan perbandingan rantai α dan β tidak terlalu terganggu. Jadi mungkin saja seorang anak yang menderita thalassemia lahir dari pasangan orangtua yang nampak normal.
Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan jadi tidak dapat disembuhkan. Terapi yang digunakan pada penderita thalassemia bersifat simptomatik (mengobati simptom yang muncul). Contohnya adalah : pemberian desferoxamine setelah kadar Fe mencapai 1000mg/L atau saturasi transferin >50% atau setelah transfusi darah dengan dosis 25-50mg/kg, pemberian vitamin C 100-250 mg/hari, pemberian asam folat 2-5 mg/hari, pemberian vitamin E 200-400iu, splenektomi, transfusi darah, pemantauan kadar Fe, tumbuh kembang, gangguan lainnya.
READ MORE - Thalassemia

Jumat, 16 November 2007

Uang Cepat

Mo cepat Dapat Uang ???
Klik menu di bawah ya...

Buat yang pengen dapet uang mudah apalagi kita2 mahasiswa kan ni ya ??
Ini dia linknya...

http://www.formulabisnis.com/id-samuel_sinaga

Ikutilah langkah2 selanjutnya
READ MORE - Uang Cepat

Kamis, 08 November 2007

Referensi

Berikut adalah referensi buku yang gw pake di blok Biomolekuler. Sebenernya masih banyak buku lagi tapi masalahnya gw bingung...
Mohon bantuan petunjuknya ya....

Nama2 bukunya berdasarkan daftar pustaka :
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta : EGC.
Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Murray, Robert K... [et. Al.]. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC.
Nurwati, Ida. 2005. Biokimia Metabolisme Energi, Asam Amino, dan Imunokimia. Surakarta: Pakarya Pustaka.
Russel, Peter J. 2006. International Edition Genetics A Molecular Approach 2nd edition. San Fransisco: Benjamin Cummings.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Edisi 4 Vol 2. Jakarta: EGC.
Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

READ MORE - Referensi

Phenylalanine Keton Uria (PKU)

Skenario tutorial kali ini membahas mengenai seorang anak yang diduga menderita Phenylalanine Keton Uria (PKU). Oleh sebab itu pembahasan akan dibatasi dalam inborn error of phenlalanine metabolism. PKU adalah gangguan kemampuan untuk mengkonversi fenilalanin menjadi tirosin (Murray. 2003) yang mengakibatkan meningkatnya konsentrasi fenilalanin dalam hati dan ke-lebihannya akan masuk dalam peredaran darah serta diedarkan ke seluruh tubuh. PKU memiliki sifat dasar herediter dan diwakili genotip PP (normal homozigot), Pp (normal carrier), pp (penderita) (Suryo. 2005). PKU diakibatkan oleh tidak adanya atau defisiensi fenilalanin hidroksilase atau lebih jarang lagi oleh desifiensi kofaktornya yaitu tetra hidrobiopterin (Stryer. 2000).

Patogenesis PKU dimulai dari mutasi G ke A pada intron ke 12 pada proses trasnkripsi yang mengakibatkan ekson ke 12 hilang pada proses maturasi mRNA (Stryer. 2000) yang membentuk enzim fenilalanin hidroksilase. Enzim tersebut rusak sehingga fenilalanin tidak dapat berubah menjadi tirosin yang dapat membentuk melanin yang merupakan pigmen. Perubahan fenilalanin di jalur lainnya meningkat. Jalur itu adalah perubahan dengan enzim tranaminase. Oleh transaminase fenilalanin diubah menjadi asam fenilpiruvat. Selanjutnya, asam fenilpiruvat tersebut yang dikatalisis oleh enzim DH-ase dengan KoDH-ase NADH menghasilkan asam fenillaktat. Selain asam fenillaktat, fenilpiruvat yang dikatalis oleh enzim oksidatif dekarboksilase dengan Ko DH-ase NAD+ menghasilkan asam fenilaset. Kemudian fenilalanin, asam fenillaktat, asam fenilasetat dibuang melalui urin (Hardjasasmita. 2006). Ini yang membuat kencing menjadi berbau aneh.
Gejala lainnya adanya hipopigmentasi (kulit bule, rambut jagung, mata biru) yang di-akibatkan tidak adanya tirosin yang membentuk pigmen melanin. Dalam kasus anak tersebut “belum bisa tengkurap”. Hal ini disebabkan karena fenilalanin menghambat transport asam amino esensial yang lain di Blood Brain Barrier (BBB). Karena kekurangan asam amino esensial yang lain tersebut muncul kelainan pembentukan neurotransmitter yang mengakibatkan tidak berfungsinya otot seperti seharusnya. Jika dibiarkan hal ini akan mengakibatkan keterbelakangan mental.. Muntah yang terjadi pada kasus kali ini diakibatkan oleh bakteri bacillus subfillis yang diakibatkan excesss dari fenil alalnin (Russel. 2006).
Penatalaksanaannya lebih ke arah menjaga agar kadar fenilalanin tidak terlalu tinggi dalam darah karena penyakit ini adalah penyakit keturunan (Murray. 2003). Jumlah fenilalanin yang dikonsumsi perhari berkisar 200-300 mg. Diberikan juga tambahan BH-4 yang membantu mengontrol terapi fenilalanin (wikipedia.2007). Pasien dapat juga diberi asupan tirosin (e-medicine.2006). Selain itu ada juga terapi enzim dan gen. Terapi gen masih dalam tahap penelitian sedangkan terapi enzim adalah pemberian phenilalanine amonia lyase (PAL) yang dapat langsung bekerja. Terakhir adalah tratmen LHAA yang menghalangi excess fenilalanin ke otak.

READ MORE - Phenylalanine Keton Uria (PKU)

Selasa, 06 November 2007

Aduhh..

Lagi sakit nih...
Harusnya sih belajar buat praktikum...
Tapi malas..
Hehe..
READ MORE - Aduhh..

Sabtu, 03 November 2007

Masuk Blok 3 Nih...

Akhirnya setelah sekian lama masuk mulai juga ngerasain jadi mahasiswa kedokteran.. Hehe..
Mulailah kita di bab mikrobiologi...
Babnya serius nih kayaknya..
Skenarionya lumayan berat.
Ada FKU, Thalasemia, Kesalahan Genetik pada Kromosom, Hemofilia, sama mikrosefali.
Kayaknya susah ya... Hiks..Hiks..
READ MORE - Masuk Blok 3 Nih...