Rabu, 18 Februari 2009

Sesak Napas

Pada kesempatan kali ini kita dihadapkan dengan seorang perempuan 20 tahun merasakan batuk yang tidak berkurang sejak 3 hari yang lalu. Batuk yang dirasakan mula-mula tidak disertai dahak akan tetapi sejak pagi tadi berdahak, bahkan mendadak jadi sesak napas. Selain itu penderita juga mengalami demam. Sebelumnya penderita membersihkan rak buku ayahnya yang penuh debu. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan wheezing yang jelas. Dokter tersebut ingat bahwa kakak pasien menunjukkan gambaran honeycomb appearance. Tetapi tidak ada wheezing. Dokter lalu memberi 2 macam obat yang fungsinya berbeda.

Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Munculnya dahak ini kemungkinan akibat penumpukan mukus yang tidak dapat dibersihkan oleh silia dari cavum nasi. Jika mukus itu diperiksa secara mikroskopis maka akan terlihat apa penyebab dari mukus ini. Sesak napas terjadi akibat adanya sumbatan pada tractus respiratorius akibat penyumbatan mukus tadi. Wheezing terjadi setelah adanya penyumbatan tersebut. Udara yang keluar akan memiliki volume yang kecil sekali.
Pada kasus ini penulis cenderung untuk membuat hipotesis bahwa si anak mengalami asma bronkial. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa sebelumnya si anak membersihkan lemari ayahnya yang berdebu. Debu adalah sebuah alergen yang dapat memicu terjadinya alergi (reaksi hipersensitivitas tipe I) yang akan berlanjut pada adanya spasme dari otot tractus respiratorius sehingga sulit bernapas. Alergi juga akan merangsang sel Goblet untuk mensekresi mukus lebih banyak. Selain debu faktor pendukung hipotesis penulis adalah ia demam. Demam kemungkinan dia terinfeksi oleh mikrorganisme.
Penyakit kakak penderita kemungkinan adalah fibrotic pulmo yang berlanjut pada bronkiektasis. Hal ini disimpulkan dari gambaran radiologi yang jelas yaitu honey comb apperance. Penyakit ini diakibkan oleh genetik ataupun didapat. Tapi melihat bahwa adik kandungnya juga terkena memunculkan ide bahwa itu diturunkan secara genetik.
Penatalaksanaannya adalah secaras symptomatis dan kausatif seperti yang dilakuakn dokter tersebut. Kali ini penulis tidak dapat memberi diagnosis akibat kekurangan data


2 comments:

gya mengatakan...

keren banget..
tapi kenapa ya setelah diberi bronkodilator dan kortikosteroid tidak ada perbaikan malah semakin beruk?
tindakan selanjutnya apa yang harus dilakukan?
diberi epinefrin?
atau diberi kortikosteroid dosis tinggi dibarengi oksigenasi?
thanks

gya mengatakan...

keren2....
tapi kenapa ya?
setelah diberi bronkodilator dan kortikosteroid tdk ada perbaikan?
tindakan selanjutnya bagaimana?
diberi epinefrin?
kortikosteroid dosis tinggi dibarengi dengan oksigenasi?
atau bagaimana?