Minggu, 04 September 2011

Benign Prostate Hiperplasy (BPH)


     BPH merupakan kelainan yang sering ditemukan. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi. Etiologinya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Beberapa hipotesis yang diduga timbulnya BPH adalah : teore dihidrotestosteron, ketidak seimbangan antara estrogen-testosteron, interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan teore stem sel. Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pas prostatika dan menghambat aliran urine. Obstruksi akan menimbulkan keluhan pada saluran kemih atau di luar saluran kemih. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih dibuat sistem skoring yang dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan WHO adalah International Prostatic Symptom Score (IPSS) seperti yang dapat dilihat pada bagian lampiran. Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pemeriksaan laboratorium dapat diberikan pemeriksaan kreatinin serum, elektrolit, PSA, sedimen urin, dan kultur. Pemeriksaan uroflowmetri juga dapat digunakan untuk mengukur tingkatan obstruksi. Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan maksimal 20 ml/detik. Jika ada obstruksi maka angka yang muncul kurang dari itu. Pemeriksaan ultrasonografi juga dapat dilakukan secara transabdominal atau transrektal. Penatalaksanaannya bisa secara medikamentosa, pembedahan, dilatasi balon, transurethral microwave thermotherapy (Kumar, 2007; Purnomo, 2008; Syamsuhidayat, 2004).

0 comments: