Senin, 14 April 2008

Sindrom Metabolik

Pada kesempatan kali ini kita dihadapkan dengan seorang penderita wanita usia 55 tahun berat badan 90 kg, tinggi badan 156 cm, tekanan darah 150/100 mmHg datang ke poliklinik Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta denga keluhan sering kencing atau poliuria dan kedua kaki terasa kesemutan. Sejak 2 tahun yang lalu penderita merasakan sering kencing sehari bisa 10 sampai 15 kali dan tidak pernah berobat ke dokter. Penderita 5 tahun yang lalu pernah menderita gout arthritis. Anaknya laki-laki umur 15 tahun pernah dirawat di rumah sakit yang sama dikatakan sakit kencing manis atau diabetes melitus. Anaknya sebelum menderita kencing manis, semula gemuk atau obes tetapi sekarang menjadi kurus. Saudara laki-lakinya umur 60 tahun kaki kirinya pernah diamputasi dan sekarang dirawat di rumah sakit karena minum glibenklamid pagi 1 tablet, siang 1 tablet dan sore 1 tablet dan tidak mau makan. Penderita sudah membawa hasil laboratorium : kolesterol total 250 mg/dl, trigliserida 350 mg/dl, HDL kolesterol 35 mg/dl, LDL kolesterol 215 mg/dl, ureum 70 mg/dl, creatinin 2,0 mg/dl dan asam urat 10 mg/dl.

Dari data di atas BMI pasien adalah 36,98. Berdasarkan klasifikasi WHO, seperti yang telah penulis bahas pada tinjauan pustaka, pasien termasuk dalam kategori Obes Tingkat I. Keluhan utama pasien poliuria dan kesemutan. Poliuria dapat disebabkan oleh diabetes melitus ataupun insipidus oleh karena itu perlu pemeriksaan kandungan yang terdapat pada urin. Bila hasilnya hanya air kemungkinan diabetes insipidus dapat dipertimbangkan, bila tidak sebaliknya. Hasil anamnesis menyatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit diabetes. Anak pasien didiagnosis menderita diabetes. Anak ini dulu obes tetapi sekarang menjadi kurus. Hal ini dikarenakan lemak digunakan sebagai sumber energi sebab bila tidak ada insulin, semua efek insulin yang menyebabkan penyimpanan lemak, seperti yang tercantum di atas, akan berbalik. Efek yang paling penting adalah efek dari enzim lipase sensitif-hormon yang terdapat di dalam sel-sel lemak akan menjadi sangat aktif. Keadaan ini akan menyebabkan hidrolisis trigliserida yang disimpan, sehingga akan melepaskan banyak sekali asam lemak dan gliserol ke dalam sirkulasi darah. Akibatnya, konsentrasi asam lemak bebas plasma, dalam beberapa menit akan meningkat. Asam lemak bebas ini selanjutnya menjadi bahan energi utama yang terutama digunakan oleh seluruh jaringan tubuh selain otak.
Saudara laki-laki pasien sekarang dirawat di rumah sakit karena minum glibenklamid 3 kali sehari. Glibenklamid termasuk golongan obat antidiabetik oral derivat sulfonilurea. Derivat sulfonilurea bekerja dengan merangsang sekresi insulin di pankreas. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin di pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan dengan glukosa, karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi, obat-obatan tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Pada dosis tinggi, sulfonilurea menghambat penghancuran insulin oleh hati. Absorbsi derivat sulfoniluria dalam usus baik, sehingga dapat diberikan peroral. Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein terutama albumin. Gejala saluran cerna antara lain berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung yang kadang-kadang terasa seperti pirosis substernal di daerah jantung. Jika kondisi demikian terjadi maka pasien akan kehilangan nafsu makan. Gejala ini dapat dikurangi dengan mengurangi dosis, memberikannya bersama makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis.
Setelah melihat riwayat penyakit keluarga, oleh karena diabetes melitus merupakan penyakit genetis, maka kemungkinan diabetes insipidus dapat ditinggalkan. Hipotesis sementara adalah pasien menderita diabetes melitus. Tapi tipe berapa ? Pertanyaan itu yang harus dijawab selanjutnya. Untuk menjawab hal tersebut mari kita membahas gejala-gejala yang lain. Pada kasus ini trigliserida mengalami kenaikan. Pembentuk-kan trigliserida membutuhkan insulin, juga untuk menjaganya tetap dalam bentuk trigliserida dibutuhkan insulin dalam jumlah yang mencukupi. Karena pada DM tipe I pasien mengalami gangguan sekresi karena kerusakan autoimun pada sel beta pankreas, maka kadar insulin menurun. Sedangkan pada DM tipe II kadar insulin dapat mengalami kenaikan, tetap atau menurun, sehingga dapat diambil kesimpulan pasien mengalami DM tipe II.
Kesemutan (polineuropati) yang diderita pasien disebabkan oleh meningkatnya produksi fruktosa dan sorbitol yang diikuti penimbunan sorbitol dan fruktosa pada saraf akibat terganggunya jalur poliol (glukosa-sorbitol-fruktosa). Terganggunya jalur ini diakibatkan oleh status pasien yang obesitas. Pada obesitas kadar LDL naik. Hal ini dapat meningkatkan risiko perlekatan LDL pada vasa darah dan berubah menjadi gumpalan lemak yang disebut sel spons. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan dapat berujung aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah mengakibatkan naiknya tekanan darah. Selain itu obesitas juga mengakibatkan kenaikan viskositas atau kekentalan darah karena kenaikan glukosa darah, sehingga kerja jantung terpacu lebih keras. Hal itulah yang menyebabkan pasien termasuk dalam golongan hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan lab dapat diketahui bahwa ada kenaikan kolesterol total, trigliserida, LDL kolesterol, ureum, creatinin, dan asam urat 10 mg/dl. Namun, terjadi pula penurunan kadar HDL kolesterol. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien juga menderita dislipidemia. Mengenai dislipidemia telah penulis jelaskan pada bagian tinjauan pustaka.
Pasien menderita Obes Tingkat I, DM tipe II, hipertensi, dan dislipidemia. Dari kumpulan gejala klinis itu penulis dapat menyimpulkan bahwa pasien menderita sindrom metabolik. Jadi hipotesis awal penulis yaitu DM tipe II saja ditolak. Penatalaksanaannya adalah membiasakan diri dengan pola hidup sehat dengan berolahraga, pengaturan pola makan, serta bila perlu dengan obat-obatan.


0 comments: