Rabu, 18 Februari 2009

Osteomielitis

Pada skenario kali ini didapati seorang lelaki (20 th) diduga menderita infeksi bakteri piogenik dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. Dua tahun lalu ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge seropurulen, dan ekskoriasi sekitar sinus. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorpsion, sklerosis sekitar tulang, involucrum, skuester, dan angulasi tibia-fibula. Pasien didiagnosis osteomielitis

Dengan adanya gejala- gejala seperti pyrexia, rubor, dan dolor mengarahkan hipotesis ke arah infeksi bakteri piogenik. Hipotesis ini diperkuat dengan adanya riwayat fraktur terbuka dua tahun yang lalu. Kemungkinan pasien terkontaminasi kuman terjadi ketika terjadi fraktur terbuka yang mungkin tidak ditangani secara steril oleh dukun tulang. Kuman dapat memasuki tulang melalui jalur hematogen, penularan langsung dari tempat infeksi, atau melalui luka tusuk (Harrison, 1999). Fagosit berusaha mengatasi infeksi dan dalam prosesnya akan melepaskan enzim yang melisiskan tulang. Selain itu, fagosit juga akan melepaskan zat-zat seperti bradikinin, histamin, dan sebagainya yang akan menimbulkan manifestasi seperti pyrexia, rubor, dan dolor. Selain itu, naiknya tekanan dalam tulang juga akan menimbulkan rasa nyeri. Pus yang terbentuk menyebar ke dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan dalam tulang dan mengganggu aliran darah, setelah itu akan terbentuk sinus yang akan mengalirkan discharge seropurulen keluar dari daerah infeksi, sinus ini akan membuka untuk mengalirkan discharge lalu menutup kembali. Apabila infeksi yang terjadi tidak ditangani dengan baik maka akan terjadi osteomielitis kronik. Osteomielitis diklasifikasikan menjadi osteomielitis akut dan osteomielitis kronik. Nekrosis tulang akibat iskemi menyebabkan pemisahan fragmen tulang yang tidak mendapat vaskularisasi sehingga timbullah yang dinamakan dengan skuester. Jika nanah menembus korteks, subperiosteum, atau jaringan lunak akan membentuk abses dan periosteum yang terangkat mengendapkan tulang baru (involukrum) disekitar skuestrum. Hal ini pula yang mengakibatkan terjadinya gambaran penebalan periosteum.
Deformitas tulang yang terjadi dapat diakibatkan teknik penyambungan tulang yang salah oleh dukun tulang sehingga pada akhirnya terjadi angulasi tibia dan fibula. Bone resorpsion terjadi akibat reaksi inflamasi yang disebabkan oleh adanya fraktur membuat pH darah menjadi asam sehingga kalsium larut dalam darah. Ekskoriasi sekitar sinus terjadi akibat proses penyembuhan luka yang mengeluarkan zat-zat tertentu yang dapat membuat rasa gatal sehingga terjadi luka garuk. Sklerosis sekitar tulang terjadi akibat penambahan jaringan ikat pada angulasi tibia dan fibula.
Pada penderita osteomielitis akut dapat dilakukan penatalaksanaan seperti pemberian antibiotik adekuat sampai dengan tindakan pembedahan. Faktor risiko terjadinya osteomielitis adalah pada orang dengan gangguan sistem imun, obat imunosupresif, fraktur terbuka, penggunaan obat intra vena, neuropati, dan penyakit sickle cell (Anonim, 2004). Pada kasus ini hasil pemeriksaan plain foto telah dapat membantu menegakkan diagnosis sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain, kecuali pada persiapan sebelum pembedahan.


1 comments:

Au...CalDokCantik mengatakan...

salam kenal...ini Aullia FK UNJANI (Univrsts Jendral Achmad Yani) Cimahi Ja-Bar Angktn 2007.. makasi banget blognya...ngebantu banget buat nyelesaein tugas tutorialku, tapi kok kasusnya sama yah?yg ngebedain cm kasus yg Au dapet tu anak kecil 10 th, ah tapi sama aja sama-sama diafisisnya sdang dalam masa pertumbuhan!makasi yah...