Selasa, 03 Juni 2008

Perdarahan Jalan Rahim

Pada skenario kali ini disebutkan seorang penderita perempuan (40 tahun) dengan keluhan perdarahan melalui jalan lahir di luar siklus menstruasi, keputihan berbau, paritas P5A0, menikah pada usia 17 tahun, serta adanya contact bleeding. Dari gambaran gejala-gejala yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kemungkinan penyakit yang mungkin diderita, namun dari gejala-gejala tersebut dapat diambil karsinoma serviks uterus sebagai hipotesis. Mengenai kemungkinan lain telah penulis jabarkan pada tinjauan pustaka.
Serviks uteri merupakan lanjutan penyempitan dari corpus uteri bagian bawah dan berlanjut sebagai serviks uteri yang menembus dinding anterior vagina dan dibagi menjadi: 1) portio supravaginalis cervicis uteri yang merupakan bagian dari serviks uteri yang berada diatas vagina; 2) portio vaginalis cervicis uteri yang merupakan bagian serviks uteri yang menjorok ke cavum vagina, pada ujungnya terdapat ostium uteri eksternum, ostium ini dibatasi oleh labium anterius dan labium posterius. Berikut akan dijelaskan patofisiologi dari gejala dan tanda yang terjadi.
Pada kasus ini pasien mengalami perdarahan melalui jalan lahir namun diluar siklus menstruasi yang disebut dengan metrorhagi. Metrorhagi ini mungkin terjadi akibat infiltrasi pembuluh darah dan juga akibat rapuhnya sel-sel pada serviks yang mengalami displasia. Keputihan adalah keluarnya cairan kental dari vagina, bisa ga-tal, panas / perih, bau, atau tidak apa-apa. Hal ini terjadi karena terganggunya flora normal dalam vagina dengan berbagai penyebab. Pada skenario, disebutkan pula bahwa pasien mengalami perdarahan setelah coitus, perdarahan ini dapat disebut dengan contact bleeding. Contact bleeding ini terjadi karena jaringan pada serviks mengalami kerapuhan sehingga apabila terpapar suatu benda akan mudah berdarah.
Pada skenario disebutkan pasien menikah pada saat berumur 17 tahun, berarti terdapat kemungkinan bahwa coitarche dilakukan pada usia yang masih sangat muda. Pada wanita dengan usia muda, jaringan pada serviks yang tersusun oleh epitel squamous dan columnar namun sel-selnya masih rentan terhadap berbagai hal, misalnya apabila pada bagian serviks tersebut tepatnya SCJ terjadi trauma yang berulang-ulang dapat menyebabkan porsio menjadi erosive yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi invasif.
Dari anamnesis terhadap pasien tersebut didapatkan data P5A0 yang berarti telah lima kali melahirkan dan tidak pernah abortus. Lima anak merupakan jumlah kelahiran yang banyak dan pada karsinoma serviks uterus salah satu faktor pendukungnya adalah telah melahirkan banyak anak. Setiap kelahiran anak secara normal akan melewati serviks sebagai jalan lahirnya. Jika serviks dilewati oleh muatan besar berkali-kali akan membuat jaringan epitel pada serviks akan mengalami erosive sehingga lebih mudah terpapar atau terinfeksi oleh suatu karsinogen, misalnya Human Papiloma Virus. Penelitian-penelitian belakangan ini banyak yang mem-fokuskan pada Human Papiloma Virus (HPV). Pada 80% penderita karsinoma serviks uterus ditemukan virus HPV.
Pemeriksaan dan diagnosis ca servix: (1) anamnesis, (2) pemeriksaan fisik yang terdiri dari : inspeksi servix: warna epitel merah muda pucat, melihat adanya lesi  ca cervix; pap smear: penapisan perubahan neoplastik, deteksi HPV, pra ca servix; biopsy (PA); kolposkopi untuk menentukan daerah abnormal; sctiller (larutan iodium dioleskan; konisasi servix. Penatalaksanaan : stadium 0 & Ia: konisiasi, histerektomi transvagina, Ib & IIa: histerektomi radikal, limfadektomi, IIb & III: histerektomi trans-vaginal, IV a & IV b: radiasi paliatif. Prognosis untuk harapan hidup selama lima tahun : Ia: 90% keatas, Ib: 85-90%, IIa: 73%, IIb: 65-68%, III: 35-44%, IV: 10%


0 comments: