Jumat, 27 Juni 2008

Demam Tifoid

Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi. Salmonela merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Salmonella memiliki karakteristik memfermentasikan glukosa dan mannose tanpa memproduksi gas, tetapi tidak memfermentasikan laktosa atau sukrose. Seperti Enterobacteriaceae yang lain Salmonella memiliki tiga macam antigen yaitu antigen O (tahan panas, terdiri dari lipopolisakarida), antigen Vi (tidak tahan panas, polisakarida), dan antigen H (dapat didenaturasi dengan panas dan alkohol). Antigen ini dapat digunakan untuk pemeriksaan penegak diagnosis. (Brooks, 2005)

Patogenesis
Bakteri Salmonella thypi dan Salmonella paratyphi masuk tubuh manusia melalui makanan dan minuman tercemar. Sebagian bakteri dimusnahkan asam lambung, sebagian lolos ke usus dan berkembang biak. Bila IgA usus kurang baik bakteri akan menembus sel epitel dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia bakteri berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit. Bakteri dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plague Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika yang kemudian masuk ke darah. Di dalam hati bakteri masuk ke kandung empedu, berkembang biak dan bersama cairan empedu diekskresikan secara intermittent ke dalam lumen usus. Sebagian bakteri dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk kembali ke usus dan mengulang proses yang sama. Di dalam plague Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan,reaksi hipersensitivitas tipe lambat, dan nekrosis jaringan. (Widodo, 2007)

Manifestasi Klinik
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala yang timbul sangat bervariasi. Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistasis. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia. (Widodo, 2007)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah : (1) melalui spesimen baik darah ataupun tinja, hal ini disebabkan gold standart dari pemeriksan penyakit infeksi adalah menemukan agen infeksiusnya; (2) dengan menggunakan kultur salmonella; (3) tes serologis yang dibagi menjadi : Tes Aglutinasi dan Tes Widal. Tes Aglutinasi dapat digunakan untuk pengidentifikasian lebih cepat. Tes ini memiliki spesificitas dan sensitivitas yang baik. Sedangkan Tes Widal dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan terapi. (Brooks, 2005)

Penatalaksanaan
• Perawatan
Pasien tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Pasien harus istirahat berbaring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud istirahat berbaring adalah untuk mencegah komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. (Widodo, 2007)
• Diet
Pemberian makanan lunak pada pasien tifoid dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Namun, beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid. (Widodo, 2007)
• Obat
Obat-obat antimikreoba yang sering dipergunakan adalah: kloramfenikol, tiamfenikol, ko-trimoksazol, ampisilin dan amoksilin, dan sefalosporin generasi ketiga. Selain itu juga dapat diberikan obat-obatan simtomatik untuk menanggulangi gejala yang ada. (Widodo, 2007)


2 comments:

Anonim mengatakan...

mas makasih infonya
boleh tukeran link ga?

dinulsisterhood mengatakan...

saya pernah diskusi dengan teman saya...dia mengatakan salmonella typhii dapat menyebabkan ikterus...menurut TS gmn? kalo memang ada hubungannya..gimana mekanismenya..makasih..