Selasa, 03 Juni 2008

Mola Hidatidiformis

Mola hidatidiformis biasanya berupa suatu massa besar vilus korion yang membengkak, kadang-kadang mengalami dilatasi kistik, dan secara makroskopis tampak seperti anggur. Vilus yang membengkak ditutupi oleh epitel korion dari yang banal hingga sangat atipikal. Diketahui terdapat dua subtipe mola : mola komplet dan mola parsial. Mola hidatidiformis komplet tidak memungkinkan terjadinya embriogenesis sehingga tidak pernah mengandung bagian janin. Semua vilus korion abnormal, dan sel epitel korion bersifat dploid (46,XX atau yang jarang 46,XY). Mola hidatidiformis parsial masih memungkinkan pembentukan mudigah awal sehingga mengandung bagian-bagian janin, memiliki beberapa vilus korion yang normal, dan hampir selalu triploid (69,XXY). Kedua pola terjadi karena kelainan pembuahan; pada mola komplet, sebuah telur normal dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu sperma diploid), menghasilkan kariotipe diploid, sedangkan pada mola parsial sebuah sel telur normal dibuahi oleh dua spermatozoa (atau satu sperma diploid) sehingga terbentuk kariotipe triploid. (Kumar, 2007)
Insidensi mola hidatidiformis komplet adalah sekitar 1 hingga 1,5 per 2000 kehamilan di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya. Karena alasan yang tidak diketahui, insidensi penyakit ini jauh lebih tinggi di negara Asia. Mola paling sering terjadi pada usia sebelum 20 tahun dan sesudah 40 tahun, dan adanya riwayat mola meningkatkan risiko untuk kehamilan berikutnya. Meskipun biasanya ditemukan pada minggu kehamilan 12 hingga 14 karena gestasi “terlalu besar untuk usianya”, pemantauan dini kehamilan dengan ultrasonografi telah berhasil menurunkan usia gestasi saat penyakit terdeteksi sehingga diagnosis “mola hidatidiformis komplet dini” lebih sering ditegakkan. Pada kedua keadaan, peningkatan kadar hCG dalam darah ibu bersamaan dengan adanya bagian janin atau bunyi jantung janin. (Kumar, 2007)


0 comments: