Senin, 14 April 2008

Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus adalah penyakit yang disebabkan oleh terganggunya system neurohypophyseal-renal reflex yang berakibat pada kegagalan tubuh mengkonversi air yang menyebabkan volume urinnya melebihi 3 liter per hari, dehidrasi dan rasa haus yang hebat, demikian pula kadang - kadang kehausan dan kelaparan yang berat (Dorland. 2002). Gejala klinis yang timbul adalah poliuria dan polidipsia. Selain itu jarang ditemukan gejala yang lain, kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pada system neurohypophyseal-renal reflex (Asman. 2007).

Diabetes insipidus dibagi menjadi 2 jenis : (1) Diabetes Insipidus Sentral (DIS), disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH yang secara fisiologis dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. DIS judga timbul akibat gangguan pengangkutan. Secara biokimia, DIS dapat terjadi kerena gangguan kuantitas maupun kualitas ADH. Sintesis Neurofisin II yang abnormal dapat juga mengganggu pelepasan ADH. Selain itu DIS juga dapat disebabkan oleh adanya antibody terhadap ADH. Kerusakan pada osmoreseptor pada hypothalamus dapat juga mengakibatkan DIS; (2) adalah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN), disebabkan oleh : Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotic dalam medulla renalis, Kegagalan utilitasi gradient pada keadaan dimana ADH dalam keadaan jumlah yang cukup dan berfungsi normal (Asman. 2007).
Pada tahap pertama penegakkan diagnosis DI adalah menentukan apakah diuresis tersebut disebabkan oleh air atau zat-zat yang terlarut, jika ternyata zat-zat yang terlarut maka langkah selanjutnya menentukan jenis zat-zat tersebut. Tapi bila diketahui bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni, maka langkah selanjutnya adalah menentukan penyakit penyebabnya. Test-test yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (1) Hickey-Hare atau Carter-Robbins test; (2) Fluid deprivation menurut Martin Goldberg; (3) Uji nikotin; (4) Uji vasopressin. Penatalaksanaan DI biasanya diperlukan terapi hormone pengganti  DDAVP (1-Idesamino-8-d-arginine vasopressin) dan Vasopressin tanate. Selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara fisiologis mengatur keseimbangan air dengan cara : Mengurangi jumlah air ke tubulus distal dan collecting duck, Memacu pelepasan ADH endogen, Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada pada tubulus ginjal. Untuk terapi medikamentosanya obat-obatan adjuvant yang biasa dipakai : Diuretik Tiazid, Kloropropamid, Klofibrat, Karbamazepin (Asman. 2007).

0 comments: