Rabu, 05 Oktober 2011

Dermatitis Atopi dengan Ekzema

DERMATITIS ATOPI DENGAN EKZEMA
Definisi : peradangan kulit kronis dan residif disertai gatal berhubungan dengan atopi
UKK :
• Bentuk infantil (2 bln-2 thn): lesi di muka,pipi, dahi. Eritem, papulavesikel miliar, karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, krusta tidak jarang menjadi infeksi
• Bentuk anak (3-11 tahun) : lesi kering, likenifikasi, batas tdk tegas, karna garukan ada ekskoriasi meanjang dan krusta. Predileksi di lipat siku, lutut, leher, pergelangan tangan, kaki
• Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun) : predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan, biasanya simetris. Gejala pruritus, likenifikasi, papul, ekskoriasi, krusta
Prinsip terapi :
• Kortikosteroid topical dan oral sebagai antiradang, imunosupresan, antimitosis. Kortikosteroid oral dipakai bila kelainan luas atau eksaserbasi akut.
• Antihistamin I generasi non-sedatif : mengatasi gejala gatal-gatal dan kulit merah karena menghambat degranulasi sel mast yang mengeluarkan histamine
• Pengobatan topikal: pada bentuk bayi, kelainannya eksudatif, maka dikompres larutan asam salisil 1/1000, setelah kering dilanjutkan krim hidrokortison 1% atau 2%. Pada bentuk anak dan dewasa kelainannya bersifat kering maka menggunakan salep, karena daya penetrasinya lebih baik. Salep kortikosteroid, bisa juga ditambah asam salisil 3-5 % pada salep kortikosteroid untuk menambah daya penetrasinya.

Resep :
R/ Hidrocortisone 2,5% cream tube No. I
∫ u.e
R/ Metilprednisolon tab mg 4 No. V
∫ 1 dd tab I
R/ Loratadine tab mg 10 No. V
∫ 1 dd tab I
Pro : An. A (16 tahun)

Jenis obat:
1. Metilprednisolon (antiinflamasi)
• Sediaan : 4 mg, 16 mg
• Golongan kortikosteroid
• Indikasi : dermatologic, endokrin, hematologic
• Kontra indikasi : infeksi jamur sistemik
• Efek samping : osteoporosis, katarak
• Dosis : 4 – 8 mg/hari
2. Loratadine
• Antihistamin non sedative golongan piperidin
• Sediaan : 10 mg/tab; 5 mg/ml sirup
• Pengobatatan simptomatis pada alergi rhinitis, urtikaria kronik, dan berbagai jenis alergi kulit
• Mekanisme : antihistamin menghambat reaksi alergi yang menghasilkan histamine, serotonin, bradikinin, asam arakidonat yang akan diubah menjadi prostaglandin
• Dosis : dewasa : 10 mg/hari
Anak : 2-12 tahun : BB > 30 kg  10 mg/hari
BB < 30 kg  5 mg/hari
READ MORE - Dermatitis Atopi dengan Ekzema

DIABETES MELITUS

Di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
A.   Diabetes Melitus Tipe 1
Definisi: kondisi dimana sel β pankreas tidak menghasilkan insulin, predileksi usia muda < 30 tahun
Terapi : Injeksi Insulin
Resep :

R/ Insulin regular injeksi 100 IU
    Cum spuit insulin injeksi
     imm                                         
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_25" width="206" />    Pro. Nn. I (20 th)

Mekanisme kerja  : mengatur kadar glukosa dengan target utama hepar, otot, dan jaringan adipose

B.   Diabetes Melitus Tipe 2
Definisi : kondisi dimana terjadi resistensi insulin. Hasil laboratorium GDS ≥ 20 mg/dl atau GDP ≥ 126 mg/dl
Pilihan obat :
1.    First choice : gol. sulfenilurea (glibenklamid, klorpropamid)
2.    Gol. Biguanid (Metformin)
3.    Tiazolidindion (pioglitazon, rasiglitazon)
4.    Glinid  (repoglinid, hateglinid); berfungsi meningkatkan sekresi insulin
5.    Glukosidase dan inhibitor : acarbose berfungsi menghambat absorbsi glukosa
Resep :
R/Glibenklamid tab mg 5 No. XIV
    S 3 dd tab I ½ h.a.c.
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_23" width="206" />    Pro. Ny. I (45 th)

Dievaluasi 2 minggu setelah pemberian, bila tidak ada perbaikan maka ditambah obat golongan biguanid.

R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
    S 3 dd tab I d.c.
v:shapes="Straight_x0020_Connector_x0020_21" width="206" />    Pro. Ny. I (45 th)

  1. Glibenklamid
·         Golongan Sulfonilurea (insulin sekretorik)
·         Sediaan : 5 mg
·         Dosis : awal 2,5-5 mg ditingkatkan perlahan tidak lebih dari 2,5 dgn interval 1 minggu, maksimal : 20 mg/hari
·         Nama paten antara lain: glukonic, glyamid, libronil, tiabet
·         Mekanisme : merangsang sekresi insulin dari granul sel beta langerhans
·         Terapi efektif :diberikan 30 menit sebelum makan. ½  h.a.c dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemi dan mempercepat absorbsi karena makanan dapat menyebabkan menurunnya absorbsi
·         Metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui ginjal
·         Efek samping : gangguan saluran cerna dan alergi kulit
·         Kontraindikasi : DM juvenile; DM gestasional dan keadaan gawat
·         Interaksi obat : meningkatkan risiko hipoglikemia oleh insulin, alkohol, sulfonamide, kloramfenicol; dan efek hipoglikemia diturunkan dengan diuretik (tiazid), kortikosteroid.
  1. Metformin
·         Golongan Biguanid
·         Sediaan : 500 mg, 850 mg
·         Dosis : awal : 2 x 500 mg; maintenance : 3 x 500 mg; dosis maksimal : 2,5 - 3  gram/hari      
·         Efektif diminum waktu makan untuk mengurangi efek sampingnya, yaitu mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di perut
·         Nama Paten : gliformin, glikos, glucofor 500
·         Mekanisme : menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan adipose terhadap insulin
·         Metabolisme : absorbsi di intestinum dan ekskresi di urin utuh
·         Kontra indikasi : penyakit kardiovaskuler karena terjadi peningkatan asam laktat dalam darah, penyakit ginjal,dll.
READ MORE - DIABETES MELITUS

Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit scabies.

Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :
a.    Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur.
b.    Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam.
c.    Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula).

Pengobatan:

Terapi topikal harus menjangkau seluruh tubuh kecuali kepala dan leher. Terapi yang efektif termasuk penggunaan air panas dan dua kali pengolesan pada seluruh tubuh.
1.     Permethrin 5% cream (scabimite).
Tampaknya paling aman sebagai pengobatan yang paling efektif untuk skabies. Permethrin adalah pyrethroid sintetik yang dapat membunuh tungau yang mempunyai toksisitas yang benar-benar rendah untuk manusia. Krim permethrin 5% dalam bentuk dosis tunggal.
Cara penggunaan permethrin adalah dengan mengoleskan di belakang telinga dan menyeluruh dari leher ke tapak kaki, terutama pada bagian lipatan-lipatan seperti sela-sela jari tangan dan kaki, umbilicus, lipat paha, pantat, dan bagian bawah jari tangan dan kaki. Penggunaannya selama 8-12 jam kemudian dicuci bersih-bersih. Jika belum sembuh, obat digunakan 5 sampai 7 hari kemudian.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
Permethrin tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan dan pada wanita hamil dan menyusui karena dapat menimbulkan reaksi panas, eksaserbasi gatal, dan dermatitis kontak.
2.     Malathion.
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3.     Benzyl Benzoat 25%.
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.
4.     Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida).
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak berwarna. Obat ini membunuh kuta atau nimpa. Obat ini digunakan dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam kemudian dicuci bersih-bersihpada pagi hari. Jika belum membaik, pengobatan diulang 1 minggu kemudian. Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan untuk ibu menyusui, wanita hamil, pasien dengan gangguan otak, dan pasien dengan riwayat kejang.
                5.   Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hati selama 2-3 hari. Selama dan segera setelah pengobatan penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi.
                6.   Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam dan dicuci 24 jam kemudian. Obat aman digunakan buat wanita hamil dan menyusui.
                7.   Ivermectin.
Ivermectin adalah anti parasit. Sejak 1993, ivermectin diberikan oral dengan dosis 200 mikrogram/BB efektif sebagai antiskabies. Dosis yang lebih tinggi efektif diberikan terutama untuk pasien yang imunosupresif seperti penderita AIDS. Ivermectin topikal seperti 1% propilen glycol solution diteliti juga merupakan obat skabies yang cukup efektif.
8.    Anti pruritus.
              Rasa gatal pada skabies akan tetap ada sampai beberapa minggu setelah pemberian terapi. Antihistamin sedatif bisa mengurangi rasa gatal. Tetapi kortikosteroid topikal atau sistemik potensi rendah lebih efektif. Pada anak-anak dapat diberikan 1% krim hidrokortison. Pada dewasa dapat diberikan krim triamsolon (0,1%). Untuk mengatasi gatal sebaiknya jangan menggunakan steroid ataupun kortikosteroid karena dapat melemahkan imunitas dan menciptakan penyakit baru maupun varian scabies yang lebih buruk.


READ MORE - Scabies

Rhinitis Alergika

Menurut WHO ARIA 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantari oleh IgE.
Etiologi dari penyakit ini adalah adanya paparan dari alergen tertentu. Berdasar cara masuknya alergen dapat dibagi menjadi alergen inhalan (debu rumah tangga, serpihan epitel kulit binatang,dll), aleren ingestan (susu sapi, telur, coklat, kepiting, udang, kacang-kacangan, dll.), alergen injektan (penisilin, sengatan lebah, dll), dan alergen kontaktan (bahan kosmetik, perhiasan, dll)
Dahulu rhinitis alergi diklasifikasikan menjadi dua berdasar sifat berlangsungnya, yaitu:
a.    Musiman (seasonal): terjadi di Negara 4 musim. Alergen penyebab spesifik, seperti tepung sari (pollen) dan jamur.
b.    Sepanjang tahun (perennial): gejala penyakit dapat timbul intermiten atau persisten, tanpa ada variasi musim, sehingga dapat dijumpai sepanjang tahun.
Klasifikasi berdasarkan WHO adalah:
 a.  Intermitten (kadang-kadang): bila gejala muncul kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
 b.   Persisten (menetap): bila gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
Gejala Klinis:
a.      bersin lebih dari 5 kali dalam satu serangan
b.      Rhinore yang encer, banyak, hidung tersumbat, lakrimasi
c.      Bila penyakit telah berlangsung lama (> 2 tahun), ada bayangan gelap di bawah mata (allergic shiner), allergic salute pada hidung, allergic crease.
d.      sering disertai asma, urtikaria, eksem
e.      pada rhinoskopi anterior didapatkan mukosa edema basah, pucat atau livid, disertai banyak secret encer.

Pengobatan
Loratadin
Merupakan obat anti histamin 1 golongan piperidin. Reaksi anafilaksis dan reaksi alergi refrakter terhadap pemberian AH1, karena bukan hanya histamin saja yang dilepaskan, namun juga autokoid lainnya. Efektivitasnya bergantung beratnya gejala akibat histamin. Loratadin merupakan anti histamin non sedatif.
Otrivin
        Berisi Xylometazolin HCL yang termasuk dalam golongan adrenergik imidazolin alfa 2 agonis. Bekerja sebagai vasokonstriktor lokal pada mata dan lapisan mukosa hidung.

Becerfort
        Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg,Vitamin E yang dapat meningkatkan pertahanan tubuh.


Resep :
R/    Loratadine tab mg 10 No. VII
       ∫ 1 dd tab I
v:shapes="AutoShape_x0020_11" width="235" />R/    Otrivin lag No. I
       ∫ 2 dd gtt I nasales
v:shapes="AutoShape_x0020_14" width="235" /> v:shapes="AutoShape_x0020_12" width="235" />R/    Becefort tab No. VII
       ∫ 1 dd tab I
       Pro : Tn. T (30 tahun)
READ MORE - Rhinitis Alergika

Dermatitis Venenata (Dermatitis Kontak Iritan, Tomcat)

Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan ³diaper dermatitis´, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit. Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel). Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian losyen badan).
 Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.

Pengobatan
a.   Hidrocortisone 1%
·           Lini pertama pengobatan sebagai antiinflamasi bersifat ringan
b.   Dexamethason
·           Diberikan secara oral jika ada tanda perdangan berat
c.   Siproheptadin (sedasi sedang)
·           Berisi AH1, antiserotonin
·           Sediaan : 4 mg
·           Indikasi : alergi ringan dan tidak terkomplikasi berupa urtikaria dengan angioderma kulit
·           Mekanisme : mencegah degranulasi sel mast

Resep
R/    Hidrocortisone 1% cream tube No. I
       ∫ 2 dd I u.e
v:shapes="AutoShape_x0020_4" width="235" />R/    Dexamethason tab mg 0,5 No. X
       ∫ 3 dd tab I
v:shapes="AutoShape_x0020_6" width="235" />R/    Siproheptadin tab mg 4 No. X
       ∫ 3 dd tab I
v:shapes="AutoShape_x0020_8" width="235" />       Pro : Tn. D (30 tahun)

READ MORE - Dermatitis Venenata (Dermatitis Kontak Iritan, Tomcat)